Keadaan
Ekonomi Indonesia Era Reformasi Sampai Sekarang (1989-2013)
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa
ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto
untuk turun dari jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap
telah banyak merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di
Indonesia.
Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus
dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang
yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia
sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF).
Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar
adalah hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai
sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya
kontroversial yaitu:
a. mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan
harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia.
Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sector pendidikan dan kesehatan, serta
bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
b. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan
berbagai masalah sosial.
c. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji
memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian
Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para
investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk
menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang
selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor
asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika
semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja
juga akan bertambah.
d. Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi
masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem
Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang
melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak
akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat
dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak
stabil.
e. Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas
dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran
tinggi.
f. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para
petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada
IMF (International Monetary Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak
lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun
wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya
laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi
39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat
kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor
riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga
semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang menimpa
negeri ini.
Pada tahun 2009 Indonesia masih mengalami tekanan krisis
ekonomi yang tidak ringan. Ketidakpastian yang terkait dengan seberapa dalam
kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan
terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya resiko di sektor keuangan, tetapi
juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi
ini mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I 2009
masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi masih dalam tren
menurun akibat masalah ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Perkembangan
yang kurang menguntungkan tersebut pada gilirannya telah menurunkan kepercayaan
pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta beresiko menurunkan
berbagai capaian positif beberapa tahun sebelumnya. Untuk mengurangi dampak
krisis tersebut pemerintah dan BI mengeluarkan kebijaka-kebijakan seperti
berikut :
a. Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran moneter
yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan lainnya, termasuk upaya meredam
volatilitas yang berlebihan di pasar valuta asing. Kebijakan Bank Indonesia di
bidang perbankan diarahkan untuk memperkuat daya tahan industri perbankan
dengan tetap melanjutkan upaya-upaya untuk meningkatkan peran intermediasi
perbankan.
b. Pemerintah dengan dukungan persetujuan DPR mengeluarkan
berbagai kebijakan stimulus, baik melalui insentif pajak maupun upaya menjaga
daya beli masyarakat dan memperkuat daya tahan perekonomian domestik.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya
tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin
pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang
tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi
dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level
yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan
perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi
dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan
kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin
membaik. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus
yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah
yang mengalami apresiasi.
Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga
meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011
sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan Amerika
Serikat (AS). Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri
yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan
berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia
kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
Target-target perekonomian pemerintahan ini sesungguhnya
dapat dilihat dalam rumusan tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2004-2009. pemerintahan SBY-JK merupakan pemerintahan pertama
dalam sejarah Indonesia kontemporer yang memulai pelaksanaan RPJMN.
Pada tahun 2005 s/d 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai angka
5,6%, 5,5% dan 6,3% angka ini tentu tidak sesuai dengan target (RPJMN) yang
seharusnya untuk tahun 2005 (5,5%), 2006 (6,1%) dan 2007 (6,7%) jika
pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan SBY-JK mencapai 6,6 % per tahun maka pada
tahun 2008 -2009 harus diupayakan minimal rata-rata 7,8% para ekonom bersepakat
apabila pertumbuhan ekonomi diatas 6% saja dapat dijadikan barometer Indonesia
sudah mampu melihat the light at the end of dark tunnel, keluar dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Pemerintahan SBY-JK jika dibandingkan dengan pemerintahan
Soeharto pada kinerja 32 tahun Soeharto mencapai sekitar 7% kinerja pertumbuhan
ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto
tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%.
Namun sekarang kondisi perekonomian SBY lebih baik stelah
krisis moneter namun pada periode masa jabatan presiden SBY yang ke 2 ini
banyak menemui masalah – masalah dalam bidang perekonomian . Di tahun 2010
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 % di banding tahun 2009.
Semua sektor mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5 %. Pertumbuhan ekonomi tahun
2010 sebesar 6,1 % sebagian bersumber pada komponen ekspor, yakni 6,4 %.
Kemudian komponen konsumsi rumah tangga 2,7 % , pembentukan modal tetap bruto
2,0 % , dan perubahan inventori 0,4 %. Dan di awal tahu 2011 kita patut
bernapas lega karena menurut data dar BPS, nilai Indeks Tendensi Konsumen ( ITK
) di Jabodetabek pada triwulan I – 2011 di perkirakan sebesar 106, 49 , artinya
kondisi ekonomi konsumen di perkirakan membaik. Tingkat optimisme konsumen di
perkirakan akan lebih tinggi di bandingkan triwulan IV – 2010 ( nilai ITK
sebesar 101,09 )
Namun dengan demikian pemerintahan SBY diharapkan bisa
meberikan keadilan bagi seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali agar Indonesia
bisa menjadi Negara yang maju dan bisa mensejahterakan bangsa Indonesia
2013-2014 tahun menentukan ekonomi Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa 2013 dan 2014 merupakan
tahun penting dan menentukan dalam pembangunan ekonomi Indonesia di tengah
masih tidak menentunya perekonomian dunia.
"Dua tahun ini, 2013 dan 2014 dari kacamata pembangunan, utamanya
pembangunan ekonomi, tahun yang penting dan menentukan. Pertama ada keperluan
untuk menjaga perekonomian kita di tahun-tahun yang tidak mudah terutama oleh
faktor eksternal yang akan kita hadapi,”. Perekonomian dunia menurut Presiden,
masih tidak menentu, resesi ekonomi global juga masih akan dirasakan di masa
mendatang. "Situasi seperti ini akan memberikan tekanan yang nyata
utamanya kepada pertumbuhan ekonomi," kata presiden.
Pada saat yang sama, perhelatan pemilihan umum juga akan diselenggarakan
pada 2014. Sementara proses-proses untuk menuju pemilu akan segera dimulai, dan
suhu politik juga semakin memanas.
Di satu sisi, kita harus jaga perekonomian kita, di sisi lain harus kelola
politik dalam negeri karena memang ada kaitannya dengan pensukseskan
pembangunan ekonomi.
Untuk itu, Presiden meminta agar rencana kerja pemerintah dan pagu indikatif
yang akan disusun harus benar-benar memiliki kecermatan dan tepat.
Kepala Negara menambahkan, dalam dua tahun terakhir harus memastikan agar
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2009-2014) juga dapat dicapai.
Sasaran Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Pemerintah indonesia memberikan prioritas yang tinggi kepada
perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh negara indonesia. Pemerintah telah
menetapkan sejumlah target ambisius yang direncanakan tercapai pada tahun 2025.
Target – target ini mencakup :
Masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadian sosial
Populasi yang kompetitif dan inovatif
Demokrasi yang adil
Perkembangan sosial dan kesetaraan antara semua orang dan
daerah
Menjadi kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di
skala global
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyusun
tiga rencana pembangunan yang saling terkait dan bergantung :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Recana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
Rencana pertama adalah rencana yang paling penting scara
hirarkis dan mencakup periode 2005 hingga 2025. Untuk meningkatkan efisiensi
dan perencanaan, rencana jangka panjang ini dibagi menjadi empat tahap, setiap
tahap berlangsung selama lima tahun. Keempat tahap itu adalah empat rencana
RPJMN yang berjangka menegah dan sejajar dengan masa jabatan pemerintah. Kini
RPJMN 2010 -2014 (tahap kedua dari RPJPN) sedang dijalankan oleh pemerintah
SBY. Rencana MP3EI diluncurkan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk menunjang
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi indonesia. Seksi ini memberikan
garis besar ketiga rencana pembangunan pemerintah tersebut yang mencakup
peranan penting untuk sektor swasta melalui kemitraan publik-swasta dengan
pemerintah indonesia.
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005 – 2025)
Rencana jangka panjang pemerintah yang ambisius ini
digunakan sebagai titik tolak untuk seluruh masyarakat indonesia (pemerintah,
masyarakat dan bisnis) untuk mencapai tujuan nasional yang seperti telah
direncanakan dan diformulasikan oleh pemerintah terpilih di indonesia. Rencana
pembanguna jangka panjang berjalan hingga 2025 dan dibagi beberapa rencana
berjangka menegah serta ditunjang oleh MP3EI.
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN 2010 –
2014)
Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN 2010 -
2014) adalah tahap kedua pelaksanaan rencana jangka panjang nasional (RPJPN
2005 - 2025). Rencana ini merupakan asas tunggal kementrian dan lembaga
pemerintahan menyangkut perumusan rencana strategis mereka. Pemerintah daerah
harus mempertimangkan rencana ini ketika merumuskan rencana pengembangan
daerah.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
indonesia (MP3EI)
MP3EI adalah sebuah masterplan yang diluncurkan pemerintah
indonesia pada tahun 2011. Dalam rencana tersebut, pemerintah menargetkan
pertumbuhan ekonomi pada kisaran tujuh hingga delapan persen per tahun mulai
2013. Hal itu bertujuan untuk menjadikan indonesia sebagai salah satu negara
dengan ekonomi terbesar pada tahun 2025. Masterplan ini mencakup investasi
senilai USD 470 miliar yang sebagian besar akan ditawarkan kepada swasta
melalui program kerjasama pemerintah-swasta.
Prioritas Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Menghadapi tahun 2013 yang penuh
tantangan dan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, Kementerian Perindustrian
masih memiliki pekerjaan besar untuk melaksanakan pembangunan industri
nasional, dengan sasaran utama antara lain: pertumbuhan industri pengolahan
non-migas sebesar 7,14%, penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400
ribu orang, meningkatnya ekspor sektor industri hingga mencapai US$ 125 miliar,
serta investasi PMA sebesar US$ 12 miliar dan PMDN sebesar Rp 42 Triliun.
Untuk mencapai sasaran pembangunan industri tahun 2013
diperlukan upaya yang maksimal dan tidak sekedar “business as usual”. Untuk
itu, sejak tahun 2012Kemenperin melakukan percepatan pertumbuhan industri
melalui “Akselerasi Industrialisasi 2012-2014”yang bertujuan untuk
mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Sasaran utama dari program tersebut adalah adanya
peningkatan nilai tambah industri dalam negeri melalui hilirisasi industri
berbasis sumber daya alam, penguasaan pasar baik domestik maupun ekspor untuk
produk-produk hasil industri dalam negeri, serta perluasan penyerapan tenaga
kerja dan pengentasan kemiskinan.
Beberapa agenda yang menjadi fokus kegiatan Kemenperin bersama
sektor terkait lainnya tahun 2013, adalah
1. Program Revitalisasi Industri Gula
2. Program Revitalisasi Industri Pupuk
3. Program Pengembangan Low Cost and Green Car (LCGC)
4. Pengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah Pedesaan
5. Program Dukungan Konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke
Bahan Bakar Gas (BBG)
6. Hilirisasi Industri Berbasis Bahan Tambang Mineral
7. Mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
BPK atas audit Laporan Keuangan tahun 2012
8. Penyusunan RUU Perindustrian, yang diharapkan pada tahun
2014 sudah dapat disahkan menjadi UU
Mengenai ASEAN Economic Community (AEC)yang akan
mulai diberlakukan bulan Desember 2015, Menperin mengatakan tujuan AEC
2015 adalah untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan
basis produksi. Dalam melakukan persiapan menghadapi AEC 2015, Pemerintah
telah memprioritaskan 9 (sembilan) sektor industri untuk dikembangkan dalam
rangka mengisi pasar ASEAN, seperti: industri berbasis agro (CPO, kakao,
karet), industri produk olahan ikan, industri TPT, industri alas kaki, kulit
dan barang kulit, industri furniture, industri makanan dan minuman, industri
pupuk dan petrokimia, industri mesin dan peralatannya serta industri logam
dasar, besi dan baja. Industri tersebut diprioritaskan untuk dikembangkan
karena memiliki daya saing yang relatif lebih baik dibandingkan negara-negara
ASEAN lainnya.
Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri terhadap
masuknya produk sejenis dari negara-negara ASEAN lainnya, Kemenperin menilai perlunyaditingkatkan
daya saing 7 (tujuh) sektor industri lainnya, seperti industri otomotif,
industri elektronika, industri semen, industri pakaian jadi, industri alas
kaki, industri makanan dan minuman, serta industri furniture.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat kabinet
paripurna, Kamis 16 Januari, telah menginstruksikan dua hal penting yang
menjadi prioritas ekonomi di tahun 2014.
Pertama, pentingnya menjaga stabilisasi harga, terutama pangan dan memastikan
kecukupan pasokannya. Kedua, arah pembangunan nasional tetap mengedepankan
upaya menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menekan sekecil mungkin angka
pengangguran. Sementara pembangunan sejumlah proyek infrastruktur dan sektor
riil akan terus dipercepat untuk meningkatkan daya saing nasional.
Terkait dengan memitigasi munculnya gejolak di pasar keuangan dunia, saat ini
Indonesia memiliki kelengkapan kelembagaan yang jauh lebih baik dibandingkan
periode sebelumnya. Otoritas moneter, fiskal, dan sektor riil terus melakukan
koordinasi sekaligus simulasi atas semua kemungkinan yang dapat membahayakan
perekonomian nasional.
Sejumlah mekanisme koordinasi yang berjalan baik seperti forum koordinasi
stabilitas sistem keuangan dan komunikasi antarpimpinan lembaga negara telah
memberikan andil sangat besar bagi pemantapan stabilitas ekonomi dan politik
nasional. Penataan koordinasi dan komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah
juga terus ditingkatkan.
Semakin baiknya koordinasi pusat-daerah tecermin dari keberhasilan pengendalian
inflasi serta hal-hal lainnya, termasuk penanganan korban bencana alam yang
akhir akhir ini terjadi. Kembali pada pertanyaan sejumlah kalangan di awal
tulisan ini, sepertinya kita perlu optimistis, ekonomi Indonesia akan tetap
tumbuh positif di tengah hiruk-pikuk Pemilu 2014.
Hal ini ditambah dengan realitas kedewasaan dan kematangan masyarakat Indonesia
dalam berpolitik yang juga semakin tinggi
Hasil Pembangunan
Ekonomi di periode SBY
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tingkat terendah
dalam empat tahun terakhir, meski angkanya di atas perkiraan para ahli dan menunjukkan
tanda-tanda perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 adalah 5,78 persen --
demikian pernyataan resmi Badan Pusat Statistik BPS – menunjukkan untuk pertama
kalinya pertumbuhan ekonomi mencatat angka kurang dari enam persen sejak 2009.
Tapi angka tahun lalu, yang turun dari 6,23 persen pada 2012
itu, masih mengalahkan ramalan sebelumnya yang menyebut pertumbuhan Indonesia
5,7 persen.
Para ekonom mengaku terkejut dengan angka pertumbuhan yang
lebih kuat dari perkiraan yang diikuti dengan sejumlah data positif, termasuk
lonjakan surplus perdagangan dan mulai stabilnya nilai inflasi.
”Angka yang lebih baik dari perkiraan ini sebagian besar
akibat melonjaknya ekspor dalam tiga bulan terakhir,” kata analis David Sumual
dari Bank Central Asia, merujuk secara khusus kepada pengiriman mineral yang
dilakukan perusahaan tambang sebelum pemberlakuan larangan ekspor mineral
mentah yang mulai dijalankan bulan lalu.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling keras terkena
dampak ketika dana asing ditarik dari pasar negara berkembang pada musim panas
lalu akibat kekhawatiran Federal Reserve Amerika menghentikan program stimulus
besar-besaran.
Skema pembelian dana obligasi The Fed, yang diluncurkan
akhir 2012 diperkirakan telah memicu rally di pasar negara berkembang, karena
para investor mengejar pengembalian yang lebih baik dari keuntungan mereka.
Namun seiring menguatnya ekonomi AS dan spekulasi yang
muncul akibat program ini mereda, para investor melepas saham dan mata uang
negara berkembang, menyebabkan gelombang kekagetan di negara seperti Indonesia,
selain juga India, Turki dan Brasil. Bank Indonesia memprediksi perekonomian
Indonesia akan stabil sepanjang 2014. Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini,
menurut BI, tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2013 yang mencapai 5,72
persen. "Tahun 2014 diperkirakan pertumbuhan ekonomi di angka 5,8 hingga
6,2 persen," kata Dody Zulverdi, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan
Moneter Bank Indonesia, di Gedung Bank Indonesia, Selasa, 18 Februari 2014.
Dody mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2014 masih akan ditopang oleh
kawasan Jawa. Jawa diperhitungkan akan tumbuh sebesar 6 hingga 6,4 persen.
Selanjutnya kawasan Sumatera diprediksi tumbuh 5,5 sampai 6 persen.
Perekonomian di Jawa, menurut Dody, tahun ini akan mendapatkan dorongan yang
kuat dari Provinsi Jawa Timur. "Pertumbuhan Jawa terbantu dengan
pembangunansmelter di Jawa Timur," katanya.
Kawasan Indonesia Timur masih merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi di
kawasan paling rendah. "Pertumbuhan ekonomi kawasan ini diprediksi 4,5-5
persen," kata Dody. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia
Timur tertahan lantaran melambatnya sektor tambang akibat penerapan
Undang-Undang Mineral dan Batu Bara serta bea keluar ekspor tambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar