Rabu, 26 Maret 2014

   

Keadaan Ekonomi Indonesia Era Reformasi Sampai Sekarang (1989-2013)

Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di Indonesia.
Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden

Susilo Bambang Yudhoyono

Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu:
a. mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
b. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
c. Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
d. Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
e. Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
f. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis

Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang menimpa negeri ini.
Pada tahun 2009 Indonesia masih mengalami tekanan krisis ekonomi yang tidak ringan. Ketidakpastian yang terkait dengan seberapa dalam kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya resiko di sektor keuangan, tetapi juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi ini mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I 2009 masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi masih dalam tren menurun akibat masalah ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Perkembangan yang kurang menguntungkan tersebut pada gilirannya telah menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta beresiko menurunkan berbagai capaian positif beberapa tahun sebelumnya. Untuk mengurangi dampak krisis tersebut pemerintah dan BI mengeluarkan kebijaka-kebijakan seperti berikut :

a. Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran moneter yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan lainnya, termasuk upaya meredam volatilitas yang berlebihan di pasar valuta asing. Kebijakan Bank Indonesia di bidang perbankan diarahkan untuk memperkuat daya tahan industri perbankan dengan tetap melanjutkan upaya-upaya untuk meningkatkan peran intermediasi perbankan.
b. Pemerintah dengan dukungan persetujuan DPR mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus, baik melalui insentif pajak maupun upaya menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat daya tahan perekonomian domestik.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin membaik. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami apresiasi.
Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011 sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.

Target-target perekonomian pemerintahan ini sesungguhnya dapat dilihat dalam rumusan tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. pemerintahan SBY-JK merupakan pemerintahan pertama dalam sejarah Indonesia kontemporer yang memulai pelaksanaan RPJMN.
Pada tahun 2005 s/d 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,6%, 5,5% dan 6,3% angka ini tentu tidak sesuai dengan target (RPJMN) yang seharusnya untuk tahun 2005 (5,5%), 2006 (6,1%) dan 2007 (6,7%) jika pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan SBY-JK mencapai 6,6 % per tahun maka pada tahun 2008 -2009 harus diupayakan minimal rata-rata 7,8% para ekonom bersepakat apabila pertumbuhan ekonomi diatas 6% saja dapat dijadikan barometer Indonesia sudah mampu melihat the light at the end of dark tunnel, keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pemerintahan SBY-JK jika dibandingkan dengan pemerintahan Soeharto pada kinerja 32 tahun Soeharto mencapai sekitar 7% kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%.
Namun sekarang kondisi perekonomian SBY lebih baik stelah krisis moneter namun pada periode masa jabatan presiden SBY yang ke 2 ini banyak menemui masalah – masalah dalam bidang perekonomian . Di tahun 2010 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 % di banding tahun 2009. Semua sektor mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5 %. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 % sebagian bersumber pada komponen ekspor, yakni 6,4 %. Kemudian komponen konsumsi rumah tangga 2,7 % , pembentukan modal tetap bruto 2,0 % , dan perubahan inventori 0,4 %. Dan di awal tahu 2011 kita patut bernapas lega karena menurut data dar BPS, nilai Indeks Tendensi Konsumen ( ITK ) di Jabodetabek pada triwulan I – 2011 di perkirakan sebesar 106, 49 , artinya kondisi ekonomi konsumen di perkirakan membaik. Tingkat optimisme konsumen di perkirakan akan lebih tinggi di bandingkan triwulan IV – 2010 ( nilai ITK sebesar 101,09 )
 Namun dengan demikian pemerintahan SBY diharapkan bisa meberikan keadilan bagi seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali agar Indonesia bisa menjadi Negara yang maju dan bisa mensejahterakan bangsa Indonesia

2013-2014 tahun menentukan ekonomi Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa 2013 dan 2014 merupakan tahun penting dan menentukan dalam pembangunan ekonomi Indonesia di tengah masih tidak menentunya perekonomian dunia.

"Dua tahun ini, 2013 dan 2014 dari kacamata pembangunan, utamanya pembangunan ekonomi, tahun yang penting dan menentukan. Pertama ada keperluan untuk menjaga perekonomian kita di tahun-tahun yang tidak mudah terutama oleh faktor eksternal yang akan kita hadapi,”. Perekonomian dunia menurut Presiden, masih tidak menentu, resesi ekonomi global juga masih akan dirasakan di masa mendatang. "Situasi seperti ini akan memberikan tekanan yang nyata utamanya kepada pertumbuhan ekonomi," kata presiden.

 Pada saat yang sama, perhelatan pemilihan umum juga akan diselenggarakan pada 2014. Sementara proses-proses untuk menuju pemilu akan segera dimulai, dan suhu politik juga semakin memanas.
Di satu sisi, kita harus jaga perekonomian kita, di sisi lain harus kelola politik dalam negeri karena memang ada kaitannya dengan pensukseskan pembangunan ekonomi.

Untuk itu, Presiden meminta agar rencana kerja pemerintah dan pagu indikatif yang akan disusun harus benar-benar memiliki kecermatan dan tepat.

Kepala Negara menambahkan, dalam dua tahun terakhir harus memastikan agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2009-2014) juga dapat dicapai.

Sasaran Pembangunan Ekonomi Indonesia 

Pemerintah indonesia memberikan prioritas yang tinggi kepada perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh negara indonesia. Pemerintah telah menetapkan sejumlah target ambisius yang direncanakan tercapai pada tahun 2025. Target – target ini mencakup :
Masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadian sosial
Populasi yang kompetitif dan inovatif
Demokrasi yang adil
Perkembangan sosial dan kesetaraan antara semua orang dan daerah
Menjadi kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di skala global
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyusun tiga rencana pembangunan yang saling terkait dan bergantung :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Recana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Rencana pertama adalah rencana yang paling penting scara hirarkis dan mencakup periode 2005 hingga 2025. Untuk meningkatkan efisiensi dan perencanaan, rencana jangka panjang ini dibagi menjadi empat tahap, setiap tahap berlangsung selama lima tahun. Keempat tahap itu adalah empat rencana RPJMN yang berjangka menegah dan sejajar dengan masa jabatan pemerintah. Kini RPJMN 2010 -2014 (tahap kedua dari RPJPN) sedang dijalankan oleh pemerintah SBY. Rencana MP3EI diluncurkan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi indonesia. Seksi ini memberikan garis besar ketiga rencana pembangunan pemerintah tersebut yang mencakup peranan penting untuk sektor swasta melalui kemitraan publik-swasta dengan pemerintah indonesia.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005 – 2025)
Rencana jangka panjang pemerintah yang ambisius ini digunakan sebagai titik tolak untuk seluruh masyarakat indonesia (pemerintah, masyarakat dan bisnis) untuk mencapai tujuan nasional yang seperti telah direncanakan dan diformulasikan oleh pemerintah terpilih di indonesia. Rencana pembanguna jangka panjang berjalan hingga 2025 dan dibagi beberapa rencana berjangka menegah serta ditunjang oleh MP3EI.
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN 2010 – 2014)
Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN 2010 - 2014) adalah tahap kedua pelaksanaan rencana jangka panjang nasional (RPJPN 2005 - 2025). Rencana ini merupakan asas tunggal kementrian dan lembaga pemerintahan menyangkut perumusan rencana strategis mereka. Pemerintah daerah harus mempertimangkan rencana ini ketika merumuskan rencana pengembangan daerah.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi indonesia (MP3EI)
MP3EI adalah sebuah masterplan yang diluncurkan pemerintah indonesia pada tahun 2011. Dalam rencana tersebut, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada kisaran tujuh hingga delapan persen per tahun mulai 2013. Hal itu bertujuan untuk menjadikan indonesia sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar pada tahun 2025. Masterplan ini mencakup investasi senilai USD 470 miliar yang sebagian besar akan ditawarkan kepada swasta melalui program kerjasama pemerintah-swasta.


Prioritas Pembangunan Ekonomi Indonesia

Menghadapi tahun 2013 yang penuh tantangan dan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, Kementerian Perindustrian masih memiliki pekerjaan besar untuk melaksanakan pembangunan industri nasional, dengan sasaran utama antara lain: pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 7,14%, penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400 ribu orang, meningkatnya ekspor sektor industri hingga mencapai US$ 125 miliar, serta investasi PMA sebesar US$ 12 miliar dan PMDN sebesar Rp 42 Triliun.
Untuk mencapai sasaran pembangunan industri tahun 2013 diperlukan upaya yang maksimal dan tidak sekedar “business as usual”. Untuk itu, sejak tahun 2012Kemenperin melakukan percepatan pertumbuhan industri melalui “Akselerasi Industrialisasi 2012-2014”yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sasaran utama dari program tersebut adalah adanya peningkatan nilai tambah industri dalam negeri melalui hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, penguasaan pasar baik domestik maupun ekspor untuk produk-produk hasil industri dalam negeri, serta perluasan penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.
Beberapa agenda yang menjadi fokus kegiatan Kemenperin bersama sektor terkait lainnya tahun 2013, adalah
1. Program Revitalisasi Industri Gula
2. Program Revitalisasi Industri Pupuk
3. Program Pengembangan Low Cost and Green Car (LCGC)
4. Pengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah Pedesaan
5. Program Dukungan Konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG)
6. Hilirisasi Industri Berbasis Bahan Tambang Mineral
7. Mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas audit Laporan Keuangan tahun 2012
8. Penyusunan RUU Perindustrian, yang diharapkan pada tahun 2014 sudah dapat disahkan menjadi UU
Mengenai ASEAN Economic Community (AEC)yang akan mulai diberlakukan bulan Desember 2015, Menperin mengatakan tujuan AEC 2015 adalah untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Dalam melakukan persiapan menghadapi AEC 2015, Pemerintah telah memprioritaskan 9 (sembilan) sektor industri untuk dikembangkan dalam rangka mengisi pasar ASEAN, seperti: industri berbasis agro (CPO, kakao, karet), industri produk olahan ikan, industri TPT, industri alas kaki, kulit dan barang kulit, industri furniture, industri makanan dan minuman, industri pupuk dan petrokimia, industri mesin dan peralatannya serta industri logam dasar, besi dan baja. Industri tersebut diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki daya saing yang relatif lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri terhadap masuknya produk sejenis dari negara-negara ASEAN lainnya, Kemenperin menilai perlunyaditingkatkan daya saing 7 (tujuh) sektor industri lainnya, seperti industri otomotif, industri elektronika, industri semen, industri pakaian jadi, industri alas kaki, industri makanan dan minuman, serta industri furniture.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat kabinet paripurna, Kamis 16 Januari, telah menginstruksikan dua hal penting yang menjadi prioritas ekonomi di tahun 2014.

Pertama, pentingnya menjaga stabilisasi harga, terutama pangan dan memastikan kecukupan pasokannya. Kedua, arah pembangunan nasional tetap mengedepankan upaya menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menekan sekecil mungkin angka pengangguran. Sementara pembangunan sejumlah proyek infrastruktur dan sektor riil akan terus dipercepat untuk meningkatkan daya saing nasional.

Terkait dengan memitigasi munculnya gejolak di pasar keuangan dunia, saat ini Indonesia memiliki kelengkapan kelembagaan yang jauh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Otoritas moneter, fiskal, dan sektor riil terus melakukan koordinasi sekaligus simulasi atas semua kemungkinan yang dapat membahayakan perekonomian nasional.

Sejumlah mekanisme koordinasi yang berjalan baik seperti forum koordinasi stabilitas sistem keuangan dan komunikasi antarpimpinan lembaga negara telah memberikan andil sangat besar bagi pemantapan stabilitas ekonomi dan politik nasional. Penataan koordinasi dan komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah juga terus ditingkatkan.

Semakin baiknya koordinasi pusat-daerah tecermin dari keberhasilan pengendalian inflasi serta hal-hal lainnya, termasuk penanganan korban bencana alam yang akhir akhir ini terjadi. Kembali pada pertanyaan sejumlah kalangan di awal tulisan ini, sepertinya kita perlu optimistis, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh positif di tengah hiruk-pikuk Pemilu 2014.

Hal ini ditambah dengan realitas kedewasaan dan kematangan masyarakat Indonesia dalam berpolitik yang juga semakin tinggi

Hasil Pembangunan Ekonomi di periode SBY

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tingkat terendah dalam empat tahun terakhir, meski angkanya di atas perkiraan para ahli dan menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 adalah 5,78 persen -- demikian pernyataan resmi Badan Pusat Statistik BPS – menunjukkan untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi mencatat angka kurang dari enam persen sejak 2009.
Tapi angka tahun lalu, yang turun dari 6,23 persen pada 2012 itu, masih mengalahkan ramalan sebelumnya yang menyebut pertumbuhan Indonesia 5,7 persen.
Para ekonom mengaku terkejut dengan angka pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan yang diikuti dengan sejumlah data positif, termasuk lonjakan surplus perdagangan dan mulai stabilnya nilai inflasi.
”Angka yang lebih baik dari perkiraan ini sebagian besar akibat melonjaknya ekspor dalam tiga bulan terakhir,” kata analis David Sumual dari Bank Central Asia, merujuk secara khusus kepada pengiriman mineral yang dilakukan perusahaan tambang sebelum pemberlakuan larangan ekspor mineral mentah yang mulai dijalankan bulan lalu.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling keras terkena dampak ketika dana asing ditarik dari pasar negara berkembang pada musim panas lalu akibat kekhawatiran Federal Reserve Amerika menghentikan program stimulus besar-besaran.
Skema pembelian dana obligasi The Fed, yang diluncurkan akhir 2012 diperkirakan telah memicu rally di pasar negara berkembang, karena para investor mengejar pengembalian yang lebih baik dari keuntungan mereka.

Namun seiring menguatnya ekonomi AS dan spekulasi yang muncul akibat program ini mereda, para investor melepas saham dan mata uang negara berkembang, menyebabkan gelombang kekagetan di negara seperti Indonesia, selain juga India, Turki dan Brasil. Bank Indonesia memprediksi perekonomian Indonesia akan stabil sepanjang 2014. Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini, menurut BI, tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2013 yang mencapai 5,72 persen. "Tahun 2014 diperkirakan pertumbuhan ekonomi di angka 5,8 hingga 6,2 persen," kata Dody Zulverdi, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, di Gedung Bank Indonesia, Selasa, 18 Februari 2014.

Dody mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2014 masih akan ditopang oleh kawasan Jawa. Jawa diperhitungkan akan tumbuh sebesar 6 hingga 6,4 persen. Selanjutnya kawasan Sumatera diprediksi tumbuh 5,5 sampai 6 persen.

Perekonomian di Jawa, menurut Dody, tahun ini akan mendapatkan dorongan yang kuat dari Provinsi Jawa Timur. "Pertumbuhan Jawa terbantu dengan pembangunansmelter di Jawa Timur," katanya.

Kawasan Indonesia Timur masih merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan paling rendah. "Pertumbuhan ekonomi kawasan ini diprediksi 4,5-5 persen," kata Dody. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur tertahan lantaran melambatnya sektor tambang akibat penerapan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara serta bea keluar ekspor tambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar